Bank Central Asia (BCA) dan Bank Mandiri adalah dua bank terbesar yang
beroperasi di Indonesia. Dua bank ini punya nasabah yang sama-sama
paling banyak. Namun sayang dua bank sangat sulit menyatukan sistem
ATM-nya, entah karena alasan apa.
Di saat bank-bank lain sudah
saling terhubung ATM-nya. Dua bank ini masih saja tak mau bersatu.
Sampai-sampai mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution merasa
gemas dengan dua bank yang susah 'disatukan' ini.
Dalam bukunya berjudul 'Bank Sentral itu Harus Membumi', yang dikutip Minggu (14/7/2013) Darmin mengungkapkan di balik menyatunya ATM BCA dan Mandiri.
Darmin
sudah tahu dua bank ini sangat sulit disatukan. Maka pada suatu pagi
hari Jumat (26/8/2011), bertepatan dengan akhir bulan puasa 1432 Hijriah
digelar rapat dengan sejumlah impinan departemen di Bank Indonesia.
Saat
itu kata Darmin, ada tiga topik besar seputar isu efisiensi dan
pengaturan perbankan. Topik pertama, bagaimana mendorong lebih jauh
penurunan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK). Kedua, membahas proposal
mengenai Bank Infrastruktur dan ketiga, kelanjutan kajian seputar aturan
kepemilikan bank per pihak.
Saat membahas topik ketiga, aturan
tentang kepemilikan bank, diskusi yang menyentuh Anjungan Tunai Mesin
(ATM) Bank BCA dan Bank Mandiri yang masih belum terhubung.
"Ketika
rekan dari Sistem Pembayaran di Bank Indonesia (BI) menyebutkan kalimat
"National Payment Gateway (NPG)", saya terus terang tidak pernah
mengerti maksudnya. Saya katakan, 'Kalau saya tidak mengerti, bagaiimana
dengan orang banyak?.' Saya meminta kawan-kawan kalau membuat sesuatu
itu harus jelas, jangan hanya konsep-konsep indah".
"Ketika saya
tanya satu hal yang riil, masalah di lapangan yang sederhana, misalnya
jaringan antar ATM, ternyata ATM Bank Mandiri dan BCA itu tidak bisa
saling transfer satu sama lain. Padahal, keduanya adalah bank besar di
tanah air yang memiliki nasabah banyak sekali".
Masalah tidak terintegrasinya ATM ini tentu merugikan banyak orang. Mengapa?
BCA
asyik dengan kelompok Bank Prima. Sementara Mandiri juga nyaman dengan
grup bank yang lain, Link. Dua kelompok ini memiliki jaringan ATM-nya
sendiri-sendiri. Tapi seperti dua masyarakat dengan bahasa berbeda,
keduanya tak dapat berbicara satu sama lain. Di sisi lain, BI sibuk
dengan NPG yang bertujuan mengintegrasikan seluruh layanan sistem
pembayaran. Tapi itu masih dalam konsep.
Darmin merasa ada yang
salah di sini. Coba bayangkan, efisiensi dan kenyamanan masyarakat yang
akan meningkat, bila keduanya dibuat terhubung. Situasi saat dua
kelompok ini menyatu. Nasabah Mandiri bisa ambil tunai di BCA dan
transfer langsung bilateral ke rekening BCA tanpa harus lewat sistem
kliring yang dikelola BI. Tak ada biaya, cepat dan nyaman.
Bagaimana
pun kata Darmin, terhubungnya ATM BCA dan Mandiri akan menguntungkan
nasabah BCA dan Mandiri yang sudah sangat banyak jumlahnya. Dan mungkin
juga menguntungkan banyak nasabah bank lain yang menjadi anggota
jaringan yang sama.
"Maka saat itu juga, sekitar jam 11.00 pagi,
di tengah rapat, saya minta bantuan Haris Munandar, staf saya untuk
menghubungi Sdr. Zulkifli Zaini selaku Direktur Utama PT Bank Mandiri
Tbk dan Sdr Yahya Setiaadmaja yang saat itu menjabat sebagai Presiden
Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Saya meminta keduanya untuk datang
jam 15.00 sore hari itu".
Di ujung telepon, keduanya bertanya kepada saya, "Tentang apa ini Pak Gubernur?" Saya jawab, "Tentang ATM."
Masalah Puluhan Tahun Selesai dalam 5 Menit
Siang
hari, Sdr Zulkifli dan Sdr Yahya sudah datang di kantor BI. Namun,
Darmin masih menghadiri rapat lain. Rapat dimulai pukul 14.00 WIB,
membahas kajian terbaru BI sebagai Lender of The Last Resort. Karena
agak serius dan cuku berat materinya, maka rapat tersebut baru selesai
jam 16.00 WIB.
"Jadilah Sdr Zulkifli dan Sdr Yahya harus menunggu
sekitar 1 jam di ruang tamu saya. Cukup lama juga. Namun belakangan,
lamanya menunggu tersebut ternyata membawa hikmah".
Saat tiba
waktunya saya menerima mereka. Saya mengatakan, "Ayolah, Mandiri dan BCA
bekerjasama dalam hal ATM. Agar para nasabah dapat mengambil manfaat
dari infrastruktur BCA dan Mandiri yang telah ada. Caranya adalah dengan
saling membuka diri dan membangun jembatan antara dua sistem ATM yang
dimiliki. Agar keduanya dapat berbicara."
Saya sampaikan juga
bahwa bisnis mereka satu sama lain yang tidak terkoneksi membuat susah
banyak orang. Kondisinya saat itu harus punya semua kartu untuk bisa
transaksi.
Di luar dugaan saya yang mengira akan mendapat banyak
argumen, tapi ternyata Sdr Zulkifli dan Sdr Yahya langsung mengangguk
tanda setuju. Mereka mengatakan akan menyelesaikan masalah itu dalam
waktu tiga bulan.
"Wah cepat sekali kalian mengambil keputusan?,"
tanya saya. Sdr Yahya menyampaikan kurang lebih begini, "Iya Pak
Darmin, sewaktu kami menunggu tadi sekitar sejam, kami menduga-duga
kira-kira hal apa yang menyebabkan kami dipanggil. Karena Pak Darmin
menyinggung mengenai ATM, maka tadi kami berdiskusi mengenai
keterhubungan itu. Dan akhirnya, kami setuju untuk membuat ATM kami
berdua dapat nyambung. Jadi beri kami waktu tiga bulan."
Obrolan
kami bertiga itu selesai tidak sampai 5 menit. Respons yang saya dengar
itu melegakan dan terus terang agak mengagetkan sebenarnya. Agak unik
juga, karena pada hari itu ada suatu persoalan besar yang telah
berlangsung puluhan tahun, tampaknya bisa selesai bahkan sebelum saya
mengutarakannya. Persoalan cukup besar karena sampai saat itu berbagai
inisiatif dan pendekatan yang sudah dilakukan di tingkat bawah selalu
mengalami jalan buntu. Dan syukur, ini ternyata bisa selesai cukup
dengan angkat telepon dan duduk bersama tiga pihak.
Dua bulan
kemudian, setelah sejumlah pembahasan teknis, pada 11 Oktober 2011,
ditandatanganilah Naskah Kesepahaman Interkoneksi antara BCA yang
terhubung dengan jaringan Prima dan Mandiri. Secara teknis,
keterhubungan ini dicapai dengan Bank Mandiri menjadi anggota Prima.
Hampir 20 juta pemilik simpanan kedua bank papan atas nasional ini
bergembira.
Interkoneksi ini memperluas layanan sistem pembayaran
non-tunai. Kenyamanan meningkat karena sifat transaksi yang real time
dan online. Juga hemat biaya bagi bank karena dapat lebih banyak
mendelegasikan layanan ke ATM, tidak perlu dengan petugas customer
service di cabang bank.
Per akhir September 2011, nilai layanan
ATM oleh nasabah BCA dan Mandiri sudah sekitar 65% dari keseluruhan
nilai layanan seluruh ATM. Dipastikan, nilai ini akan meningkat saat
kedua ATM ini sudah dapat berbicara satu sama lain.
Akhirnya,
setelah empat bulan berkutat di level teknis, peresmian interkoneksi
layanan kedua ATM jadilah pada 16 Januari 2012 atau kurang dari lima
bulan sejak pertemuan sore BI-BCA-Mandiri tersebut.
Nasabah BCA
mulai saat itu dapat memeriksa saldo, menarik tunai dan memindahkan dana
menggunakan infrastruktur ATM Mandiri. Demikian juga sebaliknya. Lebih
luas lagi, kemudahan ini juga dirasakan nasabah bank-bank yang masuk
jaringan Prima. Kini mereka bisa mengakses ATM Mandiri selain ATM BCA.
Competition
telah berubah menjadi cooperation. Pencapaian ini diharapkan lebih
mendorong masyarakat bertransaksi secara non-tunai, sehingga
perekonomian semakin efisien dan dapat terdorong lebih jauh lagi.
Dan
ternyata apa yang diraih tidak berhenti sampai di sini. Bahkan boleh
dibilang pencapaian tadi adalah suatu awal. Pada April 2013, berhasil
ditandatangani naskah kerjasama antara tiga jaringan ATM domestik besar,
Prima, ATM Bersama, dan Alto untuk interkoneksi transfer dana
antarbank. Melibatkan lebih dari 100 bank.
Implementasi dari
layanan ini mulai berlangsung Juli 2013. Nasabah bank umum kecil akan
dapat melakukan transfer dana ke sepa saja di bank lain. On-line dan
real time. Dan apa yang bisa dilakukan akan terus diperluas, tidak hanya
cek saldo dan transfer dana, tapi juga berbagai pembayaran serta
tarik/setor tunai.
"Nah, akhirnya, NPG yang digagas BI sudah
bukan murni dalam tataran abstrak lagi, tapi sudah mulai menemukan
bentuknya di bumi," ujar Darmin yang selalu bercita-cita bank itu harus
membumi alias terjangkau oleh rakyat banyak.
sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/638891/cerita-di-balik-menyatunya-atm-bca-dan-mandiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar